Posesif, Salah Satu Film Drama Indonesia yang Seru!
Film Posesif, yang dirilis pada 26 Oktober 2017, merupakan salah satu Film Drama Indonesia yang Seru, pengarah muda berbakat Indonesia, Edwin.
Mengisahkan cerita cinta remaja yang bercampur dengan elemen kekerasan dalam hubungan, film ini berhasil menarik perhatian banyak penonton dan kritikus. Dikenal sebagai film psikologis yang menggugurkan stereotip film romansa remaja dengan mengangkat isu-isu kekerasan domestik dan dinamika hubungan yang toksik, Posesif menawarkan banyak poin diskusi. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai film Drama yang tak kalah seru hanya klik KUMPULAN DRAMA INDONESIA.
Latar Belakang Film Posesif
Posesif ditulis oleh Gina S. Noer, yang melakukan penelitian mendalam selama enam bulan terkait kekerasan dalam hubungan, terutama yang terjadi di kalangan remaja. Film ini diproduksi oleh Edwin Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia, dengan dukungan dari Palari Films.
Karakter utama dalam film ini diperankan oleh Putri Marino sebagai Lala, seorang atlet terjun platform, dan Adipati Dolken sebagai Yudhis, siswa transfer dengan karakter yang berubah seiring berjalannya cerita. Film ini mengangkat tema tentang kekerasan dalam hubungan dan dampaknya terhadap para korbannya, terutama wanita muda yang rentan.
Film ini sukses di pasar domestik, memperoleh 170,000 penonton dan meraih tiga penghargaan di ajang Festival Film Indonesia 2017, termasuk Penghargaan Sutradara Terbaik untuk Edwin dan Penghargaan Aktris Terbaik untuk Putri Marino. Meskipun demikian, film ini juga menuai kritik, terutama terkait dengan cara penyampaian tema kekerasan yang dianggap kontroversial.
Pemeran Utama & Karakter Film Posesif
Posesif adalah film Indonesia yang menyajikan sebuah kisah cinta yang kompleks serta melibatkan elemen kekerasan dalam hubungan. Berikut adalah pemeran utama dan karakter yang mereka perankan dalam film Posesif:
1. Putri Marino sebagai Lala Anindhita
Lala Anindhita adalah tokoh protagonis dalam film ini, seorang atlet loncat indah yang memiliki ambisi besar dalam kariernya di bidang olahraga. Karakter Lala menjadi pusat emosional film ini, memperlihatkan perjuangannya untuk mempertahankan diri dan memilih antara ambisi pribadi dan cinta yang mematikan.
2. Adipati Dolken sebagai Yudhis Ibrahim
Yudhis adalah karakter penting yang menjadi kekasih Lala. Adipati Dolken mengambil peran ini dengan sangat mendalam, menampilkan karakter yang awalnya tampak menarik dan perhatian namun kemudian berkembang menjadi sosok yang posesif dan mengendalikan. Hubungan antara Lala dan Yudhis menjadi rumit sejalan dengan perkembangan karakter Yudhis yang menunjukkan sifat agresif dan cemburu, membuat penonton merasakan konflik batin Lala saat berhadapan dengan kekasihnya yang berubah.
3. Chicco Kurniawan sebagai Rino
Rino adalah salah satu teman dekat Lala, yang berperan sebagai sosok pendukung dan pendorong bagi Lala. Dia berusaha untuk menjaga Lala agar tetap dalam jalur yang benar dan memberi perhatian terhadap kondisi Lala ketika hubungan dengan Yudhis mulai menunjukkan tanda-tanda berbahaya. Karakter Rino mewakili suara rasional yang berusaha meningkatkan kesadaran Lala akan bahayanya hubungan yang dia jalani.
4. Gritte Agatha sebagai Ega
Ega adalah teman Lala yang juga memiliki perhatian dan kepedulian terhadap Lala. Karakter Ega membantu menyoroti perbedaan antara dukungan teman sejati dan hubungan yang beracun, membuat penonton lebih memahami lapisan-lapisan dalam dinamika sosial Lala.
Baca Juga: The Big 4 – Kenapa Kombinasi Aksi dan Komedi Ini Mencuri Perhatian Dunia
Tema yang Diangkat Film Posesif
Posesif mengangkat beberapa tema penting yang relevan terhadap kehidupan remaja dan masyarakat saat ini:
- Kekerasan dalam Hubungan: Film ini menggambarkan bagaimana cinta bisa berubah menjadi kekerasan, dan bagaimana perempuan sering kali terjebak dalam siklus penyiksaan emosional dan fisik. Penyelidikan Gina S. Noer menjadi tulang punggung dari cerita yang disampaikan dalam film ini.
- Keterikatan dan Ketergantungan: Hubungan antara Lala dan Yudhis menunjukkan bagaimana ketergantungan emosional dapat membentuk pola yang berbahaya. Meski Lala sering kali merasakan pengendalian dari Yudhis, ia tetap merasa terikat pada sosok yang dianggapnya mencintainya.
- Keluarga dan Latar Belakang: Film ini juga mengeksplorasi bagaimana latar belakang keluarga masing-masing karakter mempengaruhi perilaku mereka. Yudhis, misalnya, mengulangi pola kekerasan yang ia alami di rumah, sementara Lala berjuang dengan harapan dan tekanan dari ayahnya yang merupakan pelatih.
Alur Cerita & Peristiwa Film Posesif
Film ini dibuka dengan Lala yang baru saja meraih medali perunggu di kejuaraan nasional. Kesehariannya terganggu ketika ia bertemu Yudhis, yang baru pindah ke sekolahnya. Mereka cepat jatuh cinta, tetapi hubungan itu segera menunjukkan tanda-tanda berbahaya ketika Yudhis mulai menunjukkan perilaku posesif.
Seiring berjalannya waktu, pemirsa menyaksikan perubahan perilaku Yudhis yang semakin kasar. Mulai dari mengontrol aktivitas Lala hingga tindakan kekerasan fisik, termasuk menyerang teman-teman dekat Lala. Peristiwa ini meningkatkan tension dalam alur cerita dan memperlihatkan efek negatif dari kekerasan dalam hubungan.
Salah satu momen paling mendebarkan terjadi ketika Yudhis berusaha merusak hubungan Lala dengan keluarganya. Menciptakan ruang untuk perilaku manipulatif agar dapat mengontrol harga dirinya. Penonton diajak merasakan ketegangan saat Lala berada di pijakan yang tidak aman, harus memilih antara cinta dan keselamatannya.
Ending Film Posesif
Akhir film Posesif meninggalkan penonton dengan banyak harapan dan pertanyaan terbuka. Lala akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Yudhis di pinggir jalan setelah ia mengetahui betapa berbahayanya hubungan mereka.
Namun, meskipun Lala terlihat bebas dari Yudhis, film ini menimbulkan rasa tidak yakin tentang masa depan Yudhis yang tampaknya masih terjebak dalam siklus kekerasan. Ending ini sekaligus memberikan pesan bahwa meskipun seorang perempuan mungkin melepaskan diri dari hubungan beracun, penyelesaian bagi pelaku kekerasan tidak semudah itu.
Pesan Moral dan Sosial Film Posesif
Posesif menyampaikan pesan penting tentang pengakuan dan penanganan kekerasan dalam hubungan. Film ini mendorong penonton untuk lebih sadar akan tanda-tanda kekerasan emosional dan fisik dalam hubungan.
Pentingnya komunikasi terbuka antara pasangan dan dukungan dari keluarga serta teman juga ditekankan. Film ini menyiratkan bahwa tidak ada satu pun yang berniat menyakiti, tetapi sejarah masa lalu bisa membawa dampak yang berbahaya.
Tanggapan Penonton dan Kritikus Film Posesif
Tanggapan terhadap Posesif bervariasi. Banyak penonton dan kritikus memuji penggambaran realistis dari hubungan toksik, performa kuat dari para aktor utama. Serta pengambilan gambar yang menawan. Namun, film ini juga menghadapi kritik karena dianggap romantisasi kekerasan dan memiliki beberapa adegan yang dapat membuat penonton merasa tidak nyaman.
Kesimpulan
Posesif adalah sebuah film penting dalam konteks sinema Indonesia, yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan edukasi dan refleksi bagi penontonnya. Dengan mengangkat tema kekerasan dalam hubungan remaja, film ini membuka ruang diskusi yang penting di masyarakat, terutama di kalangan anak muda.
Penggambaran karakter yang kompleks dan kisah yang menyentuh membuat Posesif menjadi salah satu film yang layak untuk ditonton. Menggugah pemikiran kita tentang cinta, kekuasaan, dan kekerasan dalam hubungan. Dengan segala nuansa yang ditawarkan, Posesif diharapkan dapat menjadi pengingat bagi penontonnya. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak tentang film terupdate lainnya hanya di REVIEW FILM INDONESIA.