|

Last Night in Soho: Sebuah Malam yang Mengubah Segalanya

bagikan

Last Night in Soho adalah film psikologis yang disutradarai oleh Edgar Wright, yang dikenal melalui karya-karya seperti Shaun of the Dead dan Baby Driver.

Last Night in Soho: Sebuah Malam yang Mengubah Segalanya

Dirilis pada 29 Oktober 2021, film ini menggabungkan elemen thriller, drama, dan horor dengan latar belakang London pada era 1960-an. Artikel KUMPULAN DRAMA INDONESIA akan membahas sinopsis, karakter, tema, penerimaan kritis, serta aspek teknis yang menjadikan film ini unik dan menarik.

Sinopsis Film Last Night in Soho

Film ini mengikuti perjalanan Eloise Ellie Turner, seorang wanita muda bermimpi menjadi desainer fashion. Diperankan oleh Thomasin McKenzie, Ellie merupakan seorang remaja yang sangat terpengaruh oleh budaya dan mode tahun 1960-an. Dia pindah dari desanya di Cornwall ke London untuk mengejar cita-citanya di London College of Fashion. Sepanjang film, Ellie menemukan bahwa dia memiliki koneksi psikis dengan seorang penyanyi muda bernama Sandie, diperankan oleh Anya Taylor-Joy, yang hidup dalam dunia glamor pada tahun 1966.

Ellie sering terjebak dalam mimpi yang jelas dan hidup saat dia menyaksikan kehidupan Sandie. Namun, seiring berjalannya waktu, mimpi-mimpinya mulai berubah menjadi mimpi buruk, dan Ellie menyadari bahwa impian yang dulu indah tersebut menyimpan sisi gelap yang mengerikan. Momen-momen glamor berpadu dengan kekejaman ketika sandiwara nostalgia menyingkapkan dunia yang kejam dan menakutkan yang dihadapi oleh perempuan pada zaman itu. Film ini mengajukan pertanyaan kunci tentang realitas, meskipun pandangan romantis terhadap masa lalu.

Karakter Utama Film Last Night in Soho

Film ini memiliki beragam karakter yang membawa kedalaman pada narasi. Karakter utama adalah:

  1. Eloise Ellie Turner (Thomasin McKenzie): Seorang gadis muda yang idealis dengan impian besar untuk menjadi desainer fashion. Dia menjalani perjalanan emosional dari seorang gadis naif hingga terjebak dalam kegelapan yang mengejutkannya sendiri.
  2. Sandie (Anya Taylor-Joy): Penyanyi muda yang menawan di tahun 1960-an. Kehidupannya tampak sempurna dan glamor, tetapi seiring perkembangan cerita, kita menyaksikan sisi gelap dari dunia yang dia jalani.
  3. Jack (Matt Smith): Seorang karakter yang bercita-cita tinggi namun berbahaya, dia adalah manajer Sandie. Tingkah lakunya yang tampak menawan menyembunyikan niat jahat.
  4. Ms. Collins (Diana Rigg): Landlady yang misterius dan tahu lebih banyak tentang keberadaan Ellie dari yang terlihat. Karakter ini membawa kedalaman pada narasi dengan memberikan dukungan sekaligus menjadi sumber konflik.

Karakter-karakter ini berkontribusi pada perjalanan emosional Ellie dan menggarisbawahi tema film tentang narasi gender dan kekerasan terhadap wanita dalam konteks sejarah.

Tema dan Simbolisme Last Night in Soho

Last Night in Soho mengkaji berbagai tema yang relevan, di antaranya:

  1. Nostalgia dan Kenyataan: Film ini mengeksplorasi bagaimana nostalgia bisa bermakna dua sisi; di satu sisi memberikan kehangatan, namun di sisi lain dapat menipu dan menyembunyikan kegelapan di balik keindahan. Ellie terjebak dalam cinta dan pengidolaannya terhadap tahun 1960-an, tetapi harus menghadapi kenyataan pahit ketika dia menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
  2. Kekerasan Terhadap Wanita: Film ini juga mencerminkan masalah gender yang ada dalam masyarakat. Secara khusus, film ini mengangkat isu eksploitasi perempuan dalam industri hiburan yang bersifat mendalam dan gelap. Kisah Sandie adalah pengingat tentang risiko yang dihadapi perempuan yang mencari ketenaran dan cinta di dunia yang kejam.
  3. Keterikatan Psikis: Koneksi psikis antara Ellie dan Sandie menggambarkan bagaimana masa lalu dapat mempengaruhi individu di masa kini. Melalui hubungan mereka, film ini menyampaikan pesan tentang warisan trauma dan bagaimana hal itu dapat diwariskan antar generasi.

Penerimaan Kritikus

Setelah dirilis, Last Night in Soho menerima ulasan beragam dari para kritikus. Secara keseluruhan, film ini mendapatkan sambutan positif di kalangan penonton. Menurut Rotten Tomatoes, film ini memiliki persentase sekitar 75% berdasarkan ulasan, yang menunjukkan bahwa banyak yang menghargai artistik dan narasi film ini. Kritikus memuji visual yang menakjubkan, penggambaran era 1960-an yang kaya, dan kemampuan Wright untuk menyatukan elemen-elemen thriller dan horor.

Namun, beberapa kritik juga menunjuk pada ketidakmerataan dalam pengembangan karakter dan alur, terutama di bagian akhir cerita. Beberapa penonton berpendapat bahwa film ini tidak sepenuhnya memenuhi potensi premisnya. Meskipun banyak yang masih menganggap film ini sebagai pengalaman menonton yang menarik dan berkesan.

Baca Juga: HOSPITAL PLAYLIST: Simfoni Harapan Kisah Para Dokter

Aspek Teknikal dan Sinematografi

Salah satu aspek paling mencolok dari Last Night in Soho adalah kualitas sinematografinya. Dikerjakan oleh Chung-hoon Chung, film ini menghidupkan kembali atmosfer London tahun 1960-an dengan pencahayaan, desain produksi, dan kostum yang sempurna. Wright menggunakan warna-warna cerah dan kontras yang tajam untuk menciptakan visual yang menggugah selera, sementara juga memanfaatkan teknik pengambilan gambar untuk menambah ketegangan dalam alur cerita.

Musik, yang diproduksi oleh Steven Price, juga menjadi elemen kunci dari film ini. Penggunaan lagu-lagu klasik dari era tersebut bukan hanya menambah nuansa nostalgia tetapi juga memberikan kedalaman emosi pada momen-momen penting dalam film. Momen-momen dramatis mendapatkan dorongan yang kuat dari pengiring musikal yang tepat, sehingga menguntungkan alur cerita secara keseluruhan.

Pesan Moral dan Relevansi

​Last Night in Soho tidak hanya sekadar film horor psikologis yang dibalut dalam nostalgia; film ini juga menawarkan komentar sosial yang penting tentang pilihan yang kita buat dalam hidup.​ Melalui pertempuran Ellie dengan realitas dan gangguan psikologis, film ini mengajak penonton untuk mempertimbangkan dampak keputusan serta harapan dan impian mereka.

Seiring dengan pengalaman Ellie, penonton diajak untuk merenungkan tentang bahaya nostalgia berlebihan dan impian yang tidak berdasarkan kenyataan. Film ini menekankan pentingnya mengenali dan menerima masa lalu termasuk ikatan emosional yang mendalam tanpa membiarkan pengaruhnya mengekang masa depan.

Kesimpulan

Last Night in Soho adalah film yang mengesankan bukan hanya dari segi teknis, tetapi juga budaya dan emosional. Dengan elemen horor yang kuat, sutradara Edgar Wright menyampaikan cerita yang penuh dengan simbolisme dan tema yang relevan. Memberikan pengalaman menonton yang mendalam dan menggugah pikiran. Penampilan yang megah dari Thomasin McKenzie dan Anya Taylor-Joy, bersama dengan karakter-karakter yang kaya dan lapisan-lapisan cerita yang kompleks. Menjadikan film ini sebuah karya yang layak untuk diperhatikan.

Dengan visual yang menggugah dan alur yang menarik, Last Night in Soho mengingatkan kita bahwa masa lalu, meskipun memesona, bisa menyimpan kegelapan yang harus kita hadapi. Film ini tidak hanya menjadi sekadar hiburan, tetapi juga pelajaran berharga tentang pilihan, trauma, dan realitas yang ada di balik glamour nostalgia. Buat anda yang ingin tahu lebih banyak lagi tentang film-film lainnya, anda bisa mengunjungi artikel kami dengan cara mengklik link yang satu ini reviewfilm.id.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *