Candyman: Bayangan Legenda yang Menghantui Kemanusiaan

bagikan

Candyman yang dirilis pada tahun 2021 dan disutradarai oleh Nia DaCosta, merupakan sebuah remake spiritual dari film horor ikonik tahun 1992.

Candyman: Bayangan Legenda yang Menghantui Kemanusiaan

Menggabungkan elemen horor dengan komentar sosial yang mendalam, Candyman berhasil mengeksplorasi isu-isu seputar identitas rasial, gentrifikasi, dan trauma kolektif dalam komunitas kulit hitam. Melalui alur cerita yang kompleks dan karakter yang mendalam, film ini memberikan perspektif baru tentang legenda urban yang terkenal ini, menjadikannya bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga bahan refleksi bagi penontonnya. Artikel KUMPULAN DRAMA INDONESIA akan membahas sinopsis, karakter utama, tema, aspek sinematografi, penerimaan publik, serta kritik terhadap film ini.

Latar Belakang Film Candyman

Film Candyman disutradarai oleh Nia DaCosta dan ditulis oleh Jordan Peele, Win Rosenfeld, dan DaCosta sendiri. Ini adalah sekuel langsung dari film Candyman yang dirilis pada tahun 1992, dan merupakan bagian keempat dari seri film Candyman. Film ini mengisahkan tentang Anthony McCoy, seorang pelukis yang terinspirasi oleh legenda Candyman, dan bagaimana kisah tersebut mempengaruhi hidupnya dan orang-orang di sekitarnya.

Film ini awalnya direncanakan untuk dirilis pada 12 Juni 2020, tetapi mengalami beberapa penundaan akibat pandemi COVID-19, akhirnya ditayangkan di bioskop pada 27 Agustus 2021. Pengambilan gambar dilakukan di Chicago, khususnya di kawasan Cabrini-Green yang menjadi latar belakang sejarah Candyman.

Sinopsis Cerita Film Candyman

Cerita Candyman dimulai dengan pengenalan pada sejarah legendaris Candyman. Yang dikenal sebagai sosok pembunuh supernatural dengan ciri khas memiliki kail sebagai tangan. Dalam film ini, kita mengikuti Anthony McCoy (diperankan oleh Yahya Abdul-Mateen II), seorang pelukis yang kehabisan inspirasi. Ia dan pacarnya, Brianna (Teyonah Parris), mendengar kisah Candyman dari teman-teman mereka.

Anthony, yang terpesona oleh legenda tersebut, melakukan ritual memanggil Candyman dengan mengulang namanya lima kali di depan cermin. Setelah melakukan itu, ia terlibat dalam serangkaian peristiwa mengerikan yang menjadi sorotan film, termasuk pembunuhan brutal. Makhluk yang dipanggil ini bukan hanya berfungsi sebagai hantu belaka, tetapi simbol dari trauma dan ketidakadilan yang dialami oleh komunitas kulit hitam.

Tema dan Pesan Dalam Film Candyman

Salah satu tema utama dalam Candyman adalah eksplorasi isu rasial dan dampaknya terhadap masyarakat. Film ini tidak hanya menakut-nakuti penonton dengan adegan-adegan horor, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan kekerasan yang dialami oleh individu dalam komunitas kulit hitam. Candyman sendiri berakar dari sebuah kisah tragis tentang Daniel Robitaille, seorang artis kulit hitam yang diperlakukan kejam oleh masyarakat yang rasialis.

Selain isu rasial, film ini juga mengangkat tema gentrifikasi, terutama di kawasan Cabrini-Green. Proses ini menggantikan komunitas asli dengan pembangunan baru yang berfokus pada kepentingan ekonomi. Melalui karakter-karekter dalam film, kita dapat melihat bagaimana gentrifikasi memisahkan orang dari sejarah, budaya, dan identitas mereka.

Analisis Karakter Film Candyman

Film ini menawarkan jajaran karakter yang menarik, yang masing-masing berkontribusi pada keseluruhan narasi, diantaranya:

  • Anthony McCoy: Karakter utama dalam film ini, Anthony adalah sosok yang terjebak antara ketenaran dan ketidakamanan kreatif. Seiring dengan perkembangan cerita, obsesi Anthony terhadap Candyman menciptakan ketegangan dalam hubungan romantisnya dengan Brianna.
  • Brianna Cartwright: Sebagai pacar Anthony, Brianna menyajikan pandangan yang lebih rasional dan berusaha untuk melindungi Anthony dari bahaya yang datang bersama obsesinya. Perkembangannya dalam film menggambarkan kekuatan dan daya juang wanita dalam menghadapi ancaman.
  • William Burke: Diperankan oleh Colman Domingo, William adalah karakter yang memperkenalkan Anthony kepada mitos Candyman, menggambarkan sejarah kelam yang menyertainya. Karakter ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan kenyataan di masa kini. Menunjukkan betapa sulitnya untuk melupakan sejarah kelam yang menghantui komunitas.

Baca Juga: A Quiet Place: Melawan Teror Dari Makhluk Misterius

Penggunaan Teknik Cinematografi

Salah satu aspek yang paling menonjol dari Candyman adalah teknik sinematografi yang digunakan. Ditangani oleh John Guleserian, visual film ini dipenuhi dengan komposisi yang mengesankan dan penggunaan warna yang berani. DaCosta dan timnya menggunakan berbagai teknik untuk menambah ketegangan. Termasuk penggunaan bayangan dan refleksi yang seringkali mengingatkan penonton pada legenda Candyman yang terus berkembang.

Penggunaan animasi bayangan (shadow puppetry) dalam beberapa adegan sangat menonjol. Memberikan nuansa artisanal yang menarik dan berbeda dari teknik penceritaan konvensional. Ini juga mencerminkan bagaimana mitos dan cerita dapat diwariskan dari generasi ke generasi tanpa kehilangan esensi.

Musik dan Suara

Musik dalam film ini ditangani oleh Robert Aiki Aubrey Lowe, yang menciptakan skor yang memperkuat suasana mencekam di sepanjang film. Kombinasi elemen musikal dengan suara lingkungan yang diambil dari kawasan Cabrini-Green. Menciptakan suasana yang immersif, membuat penonton seolah terlibat langsung dalam pengalaman karakter.

Penggunaan suara yang terjaga juga berfungsi untuk menciptakan ketegangan. Adegan-adegan hening diisi dengan suara detak jantung atau nafas yang membuat penonton merasa takut dalam situsi harafis yang ada.

Respon Kritikus dan Penonton

Secara keseluruhan, Candyman menerima sambutan positif dari kritikus dan penonton. Di Rotten Tomatoes, film ini mendapat 84% ulasan positif dari 335 kritikus. Kritik sering kali menyoroti campuran antara elemen horor dan komentar sosial yang cerdas, yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan pesan yang mendalam.

Beberapa kritik mencatat bahwa meski film ini berhasil menarik perhatian, ada saat-saat di mana tema yang ingin disampaikan terasa terlalu padat. Namun, banyak yang setuju bahwa Candyman berhasil menambah kedalaman pada mitos yang sudah ada serta menghidupkan kembali diskusi seputar isu-isu penting di dalam masyarakat.

Box Office dan Penerimaan

Film Candyman berhasil meraup pendapatan $77,4 juta di seluruh dunia dengan biaya produksi sebesar $25 juta. Ini menjadikannya salah satu film horor yang sukses di tahun 2021. Film ini juga menjadi yang pertama disutradarai oleh seorang wanita kulit hitam yang menempati nomor satu di box office pada saat dirilis. Sukses ini menunjukkan bahwa film horor tidak hanya bisa untuk memberikan ketakutan, tetapi juga mengeksplorasi tema-tema relevan yang ada dalam masyarakat.

Keterkaitan dengan Film Sebelumnya

Menarik untuk dicatat bahwa Candyman 2021 tidak hanya berdiri sendiri sebagai film baru. Tetapi juga berfungsi untuk memperbarui dan memperdalam narasi dari film asalnya tahun 1992. Dengan mengaitkan kembali sebagian besar elemen dari film asli, seperti karakter dan mitologi yang sama. Film ini mengajak penonton untuk melihat kembali apa yang telah terjadi dari sudut pandang baru dan kontemporer. Tony Todd, yang memerankan Candyman di film pertama, kembali dalam kapasitas yang lebih simbolik. Menambahkan elemen nostalgia bagi penonton yang mengenal film aslinya.

Kesimpulan

Film Candyman membawa penonton ke dalam perjalanan yang penuh ketegangan sekaligus berpikiran kritis tentang isu-isu sosial yang sangat relevan di masa kini. Dengan arahan Nia DaCosta yang brilian dan kerja sama penulisan oleh Jordan Peele, film ini tidak hanya sukses secara komersial tetapi juga secara kritis.

Melalui penokohan yang kuat, sinematografi yang menawan, dan eksplorasi tema yang mendalam, Candyman berhasil mengajukan banyak pertanyaan penting mengenai identitas, ingatan, dan bagaimana kita mempersembahkan kisah-kisah, terutama yang berasal dari komunitas yang sering diabaikan. Dengan demikian, Candyman 2021 layak untuk ditonton, tidak hanya sebagai film horor. Tetapi juga sebagai karya yang merangsang refleksi dan diskusi mengenai sejarah dan isu-isu kontemporer dalam masyarakat. Buat anda yang ingin tahu lebih banyak lagi tentang film-film lainnya, anda bisa mengunjungi artikel kami dengan cara mengklik link yang satu ini reviewfilm.id.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *